Titik Temu Tradisi dan Modernisasi: Adaptasi Kultural Pelestarian Wayang Kulit di Era Digital

Rosa Novia Sapphira

Abstract


Penelitian ini mengargumentasikan upaya dan strategi yang dilakukan Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dalam melestarikan kesenian wayang kulit di tengah tantangan arus modernisasi. Data diperoleh dengan menggunakan metode kualitatif dari hasil pengamatan, penelitian kepustakaan, dan wawancara. Tulisan ini kemudian menemukan fenomena yang menjelaskan bahwa ternyata modernisasi terhadap tradisi, tidaklah selalu bersifat oposisi. Dalam hal ini, tradisi dan modernisasi yang sering diperdebatkan dan dipandang sebagai sesuatu yang terpisahkan, ternyata dapat berjalan selaras dan memiliki keterkaitan yang luar biasa. Ide awal digitalisasi terhadap pelestarian wayang kulit ini datang dari atensi Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman sebagai pusat kebudayaan Jawa Mataram yang banyak menyimpan benda dan warisan budaya yang tentunya bernilai tinggi. Wayang kulit yang ribuan jumlahnya, menjadi salah satu kesenian yang ditransisikan ke dalam bentuk digital, bahkan dalam proses digitalisasi koleksi wayang kulit tersebut Keraton Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman membentuk tim dokumentasi khusus. Harapannya, digitalisasi kesenian wayang kulit ini menjadi sumber informasi mengenai kebudayaan Jawa yang dapat diakses dengan mudah oleh siapapun dan dimanapun melalui internet guna merespon pesatnya perkembangan Teknologi Informasi.

Kata Kunci: Wayang Kulit, Tradisi, Digitalisasi, Keraton Yogyakarta, Kadipaten Pakualaman.

 

 

This study argues for the efforts and strategies made by the Keraton Yogyakarta and the Kadipaten Pakualaman in preserving the art of wayang kulit amidst the challenges of modernization. The data in this article were obtained using qualitative methods from observations, literature research, and interviews. This paper then finds a phenomenon that explains that modernization and tradition are not always on the opposite side. In this case, tradition and modernization, which are often debated and seen as something that is inseparable, can actually go hand in hand and have an extraordinary connection. The initial idea of digitizing the preservation of wayang kulit came from the attention of the Keraton Yogyakarta and the Kadipaten Pakualaman as the center of the Mataram Javanese culture which holds many objects and high-value cultural heritage. Wayang kulit is one of the arts that has been transitioned into digital form. In the process of digitizing the wayang kulit collection, the Keraton Yogyakarta and the Kadipaten Pakualaman formed a special documentation team. The hope is that the digitization of wayang kulit art will become a source of information about Javanese culture that can be accessed easily by anyone and anywhere via the internet in order to respond to the rapid development of Information Technology.

Keywords: Wayang Kulit, Tradition, Digitalization, Keraton Yogyakarta, Kadipaten Pakualaman

 


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.24114/antro.v8i2.41500

Article Metrics

Abstract view : 770 times
PDF - 734 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal Of Social and Cultural Anthropology)
Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
Universitas Negeri Medan, Jalan Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Sumatera Utara dan Email: anthropos@unimed.ac.id
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License

ISSN 2460 4585 (Print), ISSN: 2460 4593 (Online)