Produksi Ruang pada Makam Kembang Kuning sebagai Tempat Lokalisasi Waria Surabaya
Abstract
Sebuah wilayah bernama Kembang Kuning di Surabaya mulanya dikenal sebagai daerah sakral karena di dalamnya terdapat Masjid dan Pondok Pesantren yang dibangun oleh Sunan Ampel. Di sisi lain, Kembang Kuning turut dikenal sebagai wilayah pemakaman bagi pemeluk agama Kristen dan Katolik. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat anggapan “negatif” ketika menyebut nama Kembang Kuning, yang kini disebut sebagai salah satu tempat prostitusi bagi kalangan waria. Untuk itu, penelitian ini disusun dengan tujuan menganalisis produksi ruang pada makam Kembang Kuning sebagai tempat lokalisasi waria Surabaya. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif yang dibarengi dengan penggunaan teori ruang atau space yang disampaikan oleh Lefebvre. Peneliti turut melakukan wawancara dengan waria dan masyarakat sekitar Kembang Kuning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran Kembang Kuning sebagai sebuah wilayah telah menghasilkan “ruang” baru yang berbeda. Artinya, terjadi pergeseran makna akibat proses produksi-reproduksi, di mana sebelumnya Kembang Kuning dianggap sebagai wilayah sakral, tetapi kini dikenal sebagai daerah kumuh dan tempat prostitusi. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa representasi ruang atas Kembang Kuning telah berbeda dari masa ke masa. Tentu hal ini dilandasi oleh realita kemasyarakatan dan gejala sosial yang timbul, yang turut membentuk wilayah tersebut sebagai sebuah ruang yang tidak hampa hingga mewujudkan pemaknaan baru yang tidak sama.
An area called Kembang Kuning in Surabaya was originally known as a sacred area because it contained a mosque and Islamic boarding school built by Sunan Ampel. Kembang Kuning is also known as a burial area for Christians and Catholics. However, as time went by, there was a "negative" perception of the area, which is now said to be a place of prostitution for transgender people. This research was prepared with the aim of analyzing the production of space at the Kembang Kuning tomb as a place for the localization of transgender women in Surabaya. The research method used is qualitative combined with the use of space theory presented by Lefebvre. Researchers also conducted interviews with shemale and the community around Kembang Kuning. The research results show that the presence of Kembang Kuning as an area has produced a new "space" related to the shift in meaning due to the production-reproduction process, where previously Kembang Kuning, which was known as a sacred area, is now referred to as a slum area and place of prostitution. Therefore, it can be concluded that the spatial representation of Kembang Kuning has been different from time to time. Of course, this is based on social realities and emerging social phenomena, which help shape the region as a space that is not empty and creates new, different meaningKeywords: kembang kuning, funerals, prostitution, shemale.
Full Text:
PDFReferences
Aktavia, R. A., & Sarmini, S. (2014). STRATEGI BERTAHAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI JARAK SURABAYA. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan, 2(2), 640–654.
Alfian, R. (2013). Konstruksi Sosial Masyarakat di Lingkungan Pemakaman Kembang Kuning Surabaya Terhadap Aktivitas Prostitusi di Area Makam. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Alvino, A. T. (2021). Retorika dakwah KH Syukron Djazilan pada pengajian rutin masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya. Jurnal Ilmu Dakwah, 41(1), 73–84.
AZ, E. R. (2012). Kawasan Kembang Kuning: Dari Makam Hingga Lokalisasi Ilegal 1953-1984. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Basudoro, P. (2017). Ringkasan Disertasi Rakyat Miskin Dan Perebutan Ruang Kota Di Surabaya Tahun 1900–1960- an. Masyarakat Indonesia, 38(2), 427–457.
Brenner, N., & Elden, S. (2009). Henri Lefebvre on state, space, territory. International Political Sociology, 3(4), 353–377.
Damayanti, R. (2018). Register dalam Komunikasi Waria di Kembang Kuning Surabaya. SeBaSa, 1(2), 142–152.
Henri, L., & Donald, N.-S. (1991). The production of space.
Iqbal, M. M., Muklas, I., Atmaja, F. D., Akbar, M. F., & Fauzi, A. M. (2022). PSK Dan Nilai Agama: Studi Tentang Pilihan Rasional Pekerja Seks Komersial. Palita: Journal of Social Religion Research, 7(1), 27–38.
Mahmiah, M., & Zulkifli, M. (2023). Aktivitas Pariwisata yang Sadar Dakwah (Studi Kasus Pokdarwis di Desa Kembang Kuning Kec. Sikur Kab. Lombok Timur). Al-I’lam: Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 6(2), 19–27.
Molotch, H. (1993). The space of Lefebvre. JSTOR.
Purnamasari, N. (2009). Makam keramat dan perubahan sosial: studi kasus di masyarakat sekitar makam Dalem Cikundul, Majalaya, Cianjur.
Purwanto, M. R. (2017). Motivasi Ziarah di Makam Pangeran Samudra Gunung Kemukus dan Mitos Ritual Hubungan Seks.
Putra, I. R. D., Riqey, A., & Khoirulloh, S. M. Z. (2020). Identifikasi Peralihan Aktivitas terhadap Ruang Publik di Makam Kembang Kuning.
Setiawan, A. (2017). Produksi Ruang Sosial sebagai Konsep Pengembangan Ruang Perkotaan Kajian atas Teori Ruang Henry Lefebvre. Haluan Sastra Budaya, 33(11), 10–20961.
Sugiyono, P. B. (2022). Memahami Konsep Ruang menurut Henri Lefebvre. SOSIOGLOBAL: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosiologi, 6(2), 101–113.
Tanggok, M. I. (2017). Agama dan kebudayaan orang Hakka di Singkawang: Memuja leluhur dan menanti datangnya rezeki. Jakarta: Buku Kompas.
DOI: https://doi.org/10.24114/antro.v10i1.50902
Article Metrics
Abstract view : 156 timesPDF - 64 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License