Analisis Kebudayaan Masyarakat Batak Dalam Film Berjudul ‘Ngeri-Ngeri Sedap’
Abstract
Kebudayaan menjadi suatu komponen utama yang hadir pada tiap bentuk konstruksi sosial. Dalam film “Ngeri-ngeri Sedap”, adat-istiadat dan nilai-norma sebagai produk kebudayaan yang mendasari realitas sosial itu pun seringkali tidak lepas dari suatu diskursus atau wacana oleh masyarakat luas, hingga kemudian masuk dalam suatu fokus kajian disiplin ilmu linguistik melalui perspektif semiotika. Dengan kata lain, kebudayaan tidak dapat lepas dari kemungkinan untuk diwacanakan oleh masyarakat. Bahkan, pada masa digital ini, bisa pula kemudian aspek-aspek kebudayaan tesebut terwacanakan melalui budaya populer dalam bentuk visual, suara, bahkan audio-visual. Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, diharapkan hubungan-hubungan antara kebudayaan, konstruk sosial, realitas sosial, dan pendiskursusannya dapat dibelah melalui pisau analisis semiotika. Dengan tujuan untuk memahami Suku Batak dalam ruang lingkup perspektif ilmu linguistik, pusaran praktik kapitalisme, legitimasi kekuasaan, dan pengukuhan jati diri. Film “Ngeri-ngeri Sedap” telah mewacanakan aspek-aspek sosial kebudayaan Batak dalam peran-peran yang dilakoni oleh aktor-aktor di dalamnya. Terutama, tentang bagaimana aspek-aspek tersebut kemudian tidak dapat terhindar dari pusaran praktik kapitalisme, legitimasi kekuasaan, dan pengukuhan jati diri.
Culture is a main component that is present in every form of social construction. In the film “Ngeri-ngeri Sedap”, customs and norms as a cultural products which is underlie the social reality are often inseparable from a discourse or discussion by the wider community. It means, customs and norms also included in the focus of the disciplines study of linguistic through a semiotic perspective. In other words, culture couldn’t be separated from the possibility of being discussed by society. In this digital era, these cultural aspects can also be discussed through popular culture in visual, audio, and audio-visual form. Using the qualitative research method, and phenomenology approach, it’s hoped that the relationship between culture, social construct, social reality, and discourse can be dissected using the knife of semiotic perspective. With the aim of understanding Batak Tribes within the scope of linguistic perspective, the vortex of capitalism practices, legitimation of power, and confirmation of their identity. Film “Ngeri-ngeri Sedap” has been discoursed social and cultural aspects of Batak Tribes in the role of the actors inside the movie. Especially, about how those aspects cannot be avoided from the vortex of capitalist practices, legitimization of power, and confirmation of identity.
Full Text:
PDFReferences
Barthes, R., 2006. Mitologi. 2nd ed. Bantul: Kreasi Wacana.
Cresswwell, J. W., 2020. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. 3th ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniawan, F., 2020. Keluarga dan Budaya Dalam Tinjauan Sosiologis. G4 Publisher.
Prasetyo, H., 2017. Ruang Abstrak Pemangku Adat: Narasi Elite dan Re-tradisionalisme Komunitas Using. Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis, 2(2), pp. 74-87.
Vidia Rosa, D., 2012. Keberanian Menyisir Sejarah dan Kebudayaan Indonesia dalam Bentang Timur-Barat. Literasi, 2(2), pp. 232-238.
Vidia Rosa, D., 2024. Editor's Introduction: Teritorrial Politics and Identity Recognition. Journal of Contemporary Sociological Issues, 4(1), pp. I-II.
DOI: https://doi.org/10.24114/bdh.v6i1.58411
Article Metrics
Abstract view : 155 timesPDF - 26 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright @2017 - 2024. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan