PROSES KREATIF PENCIPTAAN KARYA TARI SAPA RAH

Authors

  • Ni Kadek Ayu Devy Yanti Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia
  • Ida Ayu Trisnawati Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia
  • I Wayan Adi Gunarta Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia
  • Ida Ayu Chandra Dewi Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.24114/gjst.v14i1.65052

Abstract

Penciptaan karya tari Sapa Rah mengangkat ide kisah Sumpah Drupadi dalam epos Mahabharata. Kisah ini menarik untuk diangkat karena erat kaitannya dengan isu pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan yang terjadi saat ini, sehingga nilai pemuliaan terhadap sesama khususnya perempuan penting untuk disuarakan. Proses kreatif penciptaan karya ini berlandaskan pada metode dan tahapan penciptaan tari yang disebut angripta sasolahan oleh I Ketut Suteja. Proses kreatif ini terbagi atas lima prinsip atau tahapan utama diawali dengan tahap perencanaan hingga tahap pementasan karya secara utuh. Secara terstruktur tahapan proses kreatif angripta sasolahan terdiri atas: ngarencana, nuasen, makalin, nelesin, dan ngebah. Melalui proses kreatif yang dilakukan maka terciptalah tari Sapa Rah yang merupakan tari kontemporer dengan tema pemuliaan terhadap sesama melalui pengendalian api dalam diri, berbentuk duet dengan satu orang penari perempuan dan satu orang penari laki-laki. Sapa Rah dimaknai sebagai kutukan darah seorang wanita terhadap orang dengan etika negatif yang berujung pada kesadaran diri terhadap pengendalian emosi. Ciri khas yang identik dengan karya tari Sapa Rah ini yang jarang ditemukan pada bentuk karya tari duet lainnya adalah pemilihan tema pemuliaan terhadap sesama melalui pengendalian api dalam diri, saat tari duet lainnya justru berfokus pada tema romansa percintaan maupun tema heroik kepahlawanan.

References

Adegrantika, P. A. (2023). Mengapa Rambut Wanita Hindu Bali Tak Boleh Terurai Saat ke Pura: Kisah Mahabharata dan Kesucian Tempat Ibadah. Jawa Post Group Bali Express.

Cerita, I. N. (2020). Tari Kontemporer dalam Pesta Kesenian Bali antara Eksistensi, Hegemoni dan Marginalisasi. Denpasar: PT Japa Widya Duta.

Dibia, I. W. (2020). Panca Sthiti Ngawi Sani Metodologi Penciptaan Seni. Denpasar: Institut Seni Indonesia.

Erawati, N. M. P. (2024). Filsafat Tari dalam Kebudayaan Bali. Widyadari, 25(1), 173–182. https://doi.org/10.59672/widyadari.v25i1.3663

Keutamaan Purnama Sasih Kapat. (2023, Oktober). Kementerian Agama Republik Indonesia Kantor Kementerian Agama Kabuptaen Karangasem. https://bali.kemenag.go.id/karangasem/berita/52165/keutamaan-purnama-sasih-kapat

Natar, A. N. (2023). Perempuan Melawan: Tafsir terhadap Ratu Wasti dan Dewi Drupadi dalam Persepektif Feminis. Kurios (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen), 9(3), 621–632.

Panji, A. A. R. S. (2024). PROSES PENCIPTAAN TARI “SOMYA”. Gesture Jurnal Seni Tari, 13(1), 26–36.

Pendit, N. S. (2003). Mahabharata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Putra, I. G. M. D. (2024, Desember). Wawancara Eksplorasi Ide Sumpah Drupadi dalam Penciptaan Karya Tari [Komunikasi pribadi].

Rajagopalachari, C. (2017). Kitab Epos Mahabharata (I). Yogyakarta: Laksana.

Ranuara, I. G. A. (2024, Oktober). Wawancara Kisah Drupadi dalam Mahabharata [Komunikasi pribadi].

Sebaran Jumlah Kasus Kekerasan di Indonesia. (2024). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan

Sidia, I. M. (2024, Desember). Ketokohan Drupadi dan Dursasana dalam Kisah Sumpah Drupadi [Komunikasi pribadi].

Suteja, I. K. (2018). Catur Asrama Pendakian Spiritual Masyarakat Bali dalam Sebuah Karya Tari. Denpasar: Penerbit Paramita.

Downloads

Published

2025-04-30