TARI KUNTUL LIWAT DI SANGGAR SUNDA PURA

Authors

  • Agus Sudirman Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
  • Dessy Lidia Fitri Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
  • Ayo Sunaryo Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.24114/gjst.v14i1.65298

Abstract

Tari Kuntul Liwat merupakan bagian integral dari upacara Mapag Panganten dan melambangkan kekayaan budaya Karawang yang penuh tradisi. Tarian ini mengambil burung kuntul sebagai inspirasi utama, simbol kehidupan agraris dan kesejahteraan masyarakat Karawang. Tari Kuntul Liwat merupakan Tari yang terintegrasi elemen dari Tari Gondang, yang relevan dengan konsep tarian rakyat, menambah kedalaman makna dan kesesuaian budaya tari ini. Penelitian ini menggunakan teori Etnokoreologi sebagai dasar, dipadukan dengan teori revitalisasi, ide penciptaan, koreografi, serta teori rias dan busana. Metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif diterapkan untuk mengeksplorasi struktur koreografi yang didominasi oleh desain gerak asimetris dengan penggunaan ruang, tenaga, dan waktu yang sedang. Tari Kuntul Liwat menggambarkan kekayaan budaya Karawang melalui simbol burung kuntul dan gerakan anggun yang mencerminkan kehidupan agraris. Unsur pengadaptasian Tari Gondang menambah makna dan keselarasan budaya tari ini. Tari Kuntul Liwat berfungsi sebagai media edukasi dan pelestarian budaya. Tari Kuntul Liwat mencakup kategori gerak pure movement pada Meber Jangjang, locomotion pada Mincid, dan gesture pada Ngapak Sajodo. Riasan yang digunakan penari perempuan adalah rias korektif, sementara busana penari perempuan meliputi brukat kebaya putih, kebaya (kutang nini), dan rok kain batik dengan warna putih, hijau, dan hitam, yang menggambarkan motif bulu burung kuntul dan area persawahan. Rias busana penari laki-laki, diadaptasi dari Tari Gondang, mencerminkan kesederhanaan dan keaslian pakaian tradisional yang nyaman. Secara keseluruhan, Tari Kuntul Liwat melambangkan kekayaan budaya dan kehidupan agraris masyarakat Karawang, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan saling menghargai, serta diharapkan dapat terus dilestarikan dan dikembangkan agar tetap relevan dan dinikmati oleh generasi mendatang.

References

Apriliani, U., & Wilujeng, B. (2020). Bentuk Dan Makna Pada Tata Rias Busana Serta Aksesoris Tari Remo Jombangan. Jurnal Tata Rias, 09(1), 97–106.

Arisandi, H. (2014). Buku Pintar Pemikiran Tokoh - Tokoh Sosiologi dari Klasik Sampai Modern.

Azman, M., Badaruddin, S., & Suhariyoko. (2023). Tata Rias dan Busana Pengantin Kota Lubuklinggau (Edisi Pert). CV Literakata Karya Indonesia.

Badaruddin, S. (2022). SILAMPARI Sebuah Identitas dan Jati diri.

Badaruddin, S., Alsri, D., Akbar, M., & Suherman, L. (2024). Upacara Ritual Muang Jong Masyarakat Pesisir Suku Sawang di Pulau Belitung The Muang Jong Ritual Ceremony of the Sawang Coastal Community on Belitung Island. 13, 65–78. https://doi.org/10.24036/js.v13i3.130721

Badaruddin, S., & Masunah, J. (2019). The Style of Silampari Dance of Lubuklinggau as a Greeting Dance in South Sumatera Indonesia. 255, 65–69. https://doi.org/10.2991/icade-18.2019.14

Fitriyani, E. (2017). Tari Belenderan di Grup Puspa Sari Pimpinan Abah Tirta Tempuran Kabupaten Karawang. 2–4.

Hadi, S. Y. (2018). Revitalisasi Tari Tradisional.

Hera, T. (2018). Aspek-Aspek Penciptaan Tari dalam Pendidikan. Nuevos Sistemas de Comunicación e Información, 2013–2015.

Hidayat, R. (2011). Koreografi & Kreativitas Pengetahuan Dan Petunjuk Praktikum Koreografi. Kendil Media Pustaka Seni Indonesia.

Ilmiah, S. K. (2022). Revitalisasi tari belenderan di sanggar tari topeng banjet sinar pusaka warna abah pendul kabupaten karawang jawa barat.

Indriyani, P. D. (2022). Upaya Pelestarian Kesenian Reyog Singo Melalui Revitalisasi Budaya di Kota Banjarbaru. Pelataran Seni, 7(1), 51. https://doi.org/10.20527/jps.v7i1.13393

Ismunandar, I. (2022). Struktur Penyajian Tari Jepin Rotan Pontianak. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(2), 1177. https://doi.org/10.37905/aksara.8.2.1177-1192.2022

Kaeksi, M. H., Fitriasari, R. P. D., & Sushartami, W. (2020). Transformasi Warak Ngendhog Menjadi Tari Warak Dhugdher Di Kota Semarang. Jurnal Seni Tari, 9(1), 1–10.

Narawati, T. (2013). Etnokoreologi: Pengkajian Tari Etnis & Kegunaannya dalam Pendidikan Seni. Proceeding of the International Seminar on Languages and Arts, FBS Universitas Negeri Padang, 70–74.

Nurjanah, I. A., & Nerosti. (2023). Fungsi Tari Persembahan dalam Pesta Perkawinan Masyarakat Melayu di Kelurahan Kampung Besar Seberang. AVANT-GARDE: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Pertunjukan, 1(1), 76–86. https://doi.org/10.24036/ag.v1i1.9

Paranti, L., Jazuli, M., & Firdaus, Z. S. (2021). Penguatan Potensi Desa Wisata Menari melalui Pelatihan Tata Rias dan Busana Tari Lembu Tanon. Jurnal Puruhita, 3(2), 116–122. https://doi.org/10.15294/puruhita.v3i2.53165

Rosmawati, R., & Narawati, T. (2022). Penciptaan Tari Athma Dhanda Pati Di Padepokan Sunda Mekar Sumedang. … : Kajian Seni Tari Dan Pendidikan Seni Tari, 2(3). https://core.ac.uk/download/pdf/544018837.pdf

Sedyawati. (1986). Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalahan Tari. Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta.

Sela, W., Kurnia, M., & Sari, D. R. (2023). Proses Kreatif Penciptaan Tari Lime Gades Rengkek. ANTHOR: Education and Learning Journal, 2(6), 800–804. https://doi.org/10.31004/anthor.v2i6.230

Soedarsono, R. M. (1975). Komposisi Tari Elemen-elemen Dasar. ASTI.

Sunaryo, A. (2020). Dasar - Dasar Koreografi. UPT Penerbitan dan Percetakan-Universitas Pendidikan Indonesia.

Yunaldi, A. (2016). Ekspresi Goresan Garis Dan Warana Dalam Karya Seni Lukis. Besaung : Jurnal Seni Desain Dan Budaya, 1(2), 46–51. https://doi.org/10.36982/jsdb.v1i1.124

Downloads

Published

2025-04-30