Dialektika Kuasa dan Etika Jawa: Analisis Semiotika Wayang Lakon Parikesit Jumeneng Ratu
Abstract
Tujuan penelitian ini mengungkap dialektika kuasa dan etika Jawa dalam wayang lakon Parikesit Jumeneng Ratu. Analisis didasarkan pada semiotika Charles Sanders Pierce yang terdiri atas tahap representamen, object (ikon, indeks, simbol), dan intrepretant. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber datanya pergelaran wayang lakon Parikesit Jumeneng Ratu oleh Ki Enthus Susmono. Pengumpulan data dengan teknik simak catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam lakon Parikesit Jumeneng Ratu, kuasa dilegitimasikan berdasarkan keturunan. Keturunan yang dimaksud semestinya berurutan, artinya dimulai dari keturunan tertua. Namun, jika legitimasi kekuasaan seseorang rendah karena bukan keturunan tertua, legitimasi tersebut bisa diperkuat oleh wahyu. Parikesit dalam lakon tersebut bisa memimpin Astina meskipun bukan keturunan tertua Pandawa. Itu karena legitimasi kekuasaannya diperkuat oleh kehadiran Wahyu Cakra Ningrat. Adapun prinsip etika Jawa, terutama rukun, hormat, dan tepa salira, berperan penting dalam menegakkan kekuasaan. Meskipun konflik selalu mewarnai penegakan kekuasaan, etika Jawa tetap menjadi pedoman perilaku bagi tokoh-tokoh yang terlibat. Itu menunjukkan bahwa kuasa dan etika Jawa berjalan beriringan.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.24114/kjb.v13i3.63702
Article Metrics
Abstract view : 43 timesPDF - 43 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Dia Awalliyah, Sucipto Hadi Purnomo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Kode: Jurnal Bahasa
Kode: Jurnal Bahasa is licensed under a
Creative Commons Attribution 4.0 International License