Fungsi Suhi Ampang Na Opat pada Perkawinan Etnik Batak Toba
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan fungsi suhi ampang na opat dalam adat perkawinan batak toba sehingga berbeda dengan penelitian relevan sebelumnya. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara tidak terstruktur dan studi literatur, selanjutnya dianallisis dengan mereduksi data, kemudian mengklasifikasikan, verifikasi, menganalisis dengan teori kemudian menarik kesimpulan. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Informan penelitian dipilih sejalan dengan kriteria yang ditentukan. Penelitian menunjukkan bahwa ampang merupakan sebuah wadah yang memiliki empat sudut (suhi) sebagai penyokong digunakan sebagai tempat lauk (juhut) dalam adat perkawinan, tepatnya pada acara marsibuhabuhai kemudian implementasikan melalui aspek dalam pihak keluarga pihak laki laki dan perempuan, masing masing berjumlah empat 114, yakni simandokkon, pamarai, sihutti ampang, pamarai dan (simolohon, sijalo bara, pariban, Tulang), keempat aspek berfungsi sebagai penyokong terjalannya suatu adat perkawinan baik dalam bentuk materi, tenaga dan waktu. Penulis juga menemukan adanya resiprositas dalam sistem suhi ampang na opat dan secara bersamaan sejalan dengan teori fungsionalisme (Malinowski), dan strukturalisme (Radcliffe Brown).
This study aims to reveal and describe the function of suhi ampang na opat in the Toba Batak marriage custom so that it is different from previous relevant research. The method used is descriptive qualitative research method, data is collected through observation, unstructured interviews and literature study, then analyzed by reducing data, then classifying, verifying, analyzing with theory then drawing conclusions. The research location is in the Harian sub-district, Samosir district, the research informants were selected according to the specified criteria. Research shows that the ampang is a container that has four corners (suhi) as supports used as side dishes (juhut) in traditional marriages to be precise at the marsibuhabuhai event then implemented through aspects of the family side of the male and female parties, each of which is four 114, namely simandokkon, pamarai, Sihutti Ampang, Pamarai and (simolohon, sijalo bara, pariban, Tulang), the four aspects function as supports for the implementation of a marriage custom both in the form of material, energy and time. The author also found that there is reciprocity in the Ampang Na Opat temperature system and simultaneously it is in line with the functionalism theory (Malinowski), and structuralism (Radcliffe Brown).
Full Text:
PDFReferences
Armia, M. S. (2019). Hukum Adat dalam Masyarakat Aceh Tinjauan Antropologi Dan Sosiologi Hukum (2 ed.). Banda Aceh: Naskah Aceh Ulee Kareng, Banda Aceh.
Fauzan, A. (2017, Juni). Amuk: Sindrom Barat dan Pemberontakan Tak Sadar (Analisi Kritis Pergeseran Makna Amuk dalam Lintasan Sejarah). FOKUS : JUrnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 2, 48-66.
Firmando, H. B. (2021). kearifan lokal sistem kekerabatan dalihan natolu dalam merajut harmoni sosial di kawasan danau Toba. Aceh Anthropological Journal, 16-36.
Harahap, R. B. (2019). Analisis Kritis Peran Dalihan Natolu dalam Perkawinan Masyarakat Batak Angkola Tapanuli Selatan. Jurnal al-Maqasid : Jurnal ilmu Kesyariahan dan keperdataan, 69-81.
Laurentius Dyson P, N. T. (2012). Antropologi Psikologi dan Psikiatri. Surabaya: CV. Putra Media Nusantara.
Muhammad Takari, A. Z. (2014). Adat Perkawinan Melayu:Gagasan, Terapan, Fungsi, Dan Kearifannya. Medan: USU Press.
Novelita, R. (2019). Komunikasi budaya melalui prosesi perkawinan . Jurnal komunikatio, 40.
Novelita, R. (2019). Komunikasi budaya melalui prosesi perkawinan adat pada suku batak toba. Jurnal komunikatio, 37.
Panjaitan, L. M. (2016). Pelaksanaan perkawinan masyarakat batak toba di sitorang. Journal of urban society's arts, 64-71.
rumapea, M. e. (2019). The meaning of suhi ampang na opat at batak toba group marriege. Advance in social science, education and humanities research (ASSEHR) (pp. 327-330). Medan: Atlantis Press.
Ruth Novelita, M. L. (2019). Komunikasi Budaya Melalui Prosesi Perkawinan Adat Pada Suku Batak Toba. Jurnal Komunikatio, 35-40.
simanjuntak, B. a. (2016). Struktur kekerabatan. In Koentjaraningrat, Struktur sosial dan sistem politik batak toba hingga 1945 (pp. 94-95). Jarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
simanjuntak, B. a. (2016). struktur sosial dan sistem politik batak toba hingga 1945. In B. a. simanjuntak, struktur sosial dan sistem politik batak toba hingga 1945 (p. 102). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Simanjuntak, B. A. (2016). Struktur sosial dan sistem politik batak toba hingga 1945 Suatu pendekatan Sejarah, Antropologi budaya politik. Jakarta: Yayasan pustaka obor indoenesia.
Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. In Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (p. 207). Bandung: Alfabeta.
Sutikno, N. E. (2021). Analisis Upacara Adat Perkawinan Suku Karo di desa Kebayaken Kabupaten Karo . Jurnal Komunitas Bahasa, 101-109.
Wekke, I. S. (2019). Metode Penelitian Sosial. In I. S. Wekke, Metode Penelitian Sosial (p. 47). Yogyakarta: CV. Adi Karya Mandiri.
DOI: https://doi.org/10.24114/bdh.v5i1.47476
Article Metrics
Abstract view : 862 timesPDF - 1179 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright @2017 - 2024. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan