NILAI RITUAL DALAM PEMENTASAN REOG PONOROGO DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

Suci - Utari, Inggit - Prastiawan

Abstract


ABSTRACT

 

The research objective of the author is to find out what the values contained in the Reog Ponorogo ritual process are as well as to find out the reason why the ritual ceremonies are still performed today. The theory used in this study is about values and rituals. Value is an order that is used as a guide by individuals to weigh and choose alternative decisions in certain social situations. While the Ritual is a series of words, acts of religion followers or rituals with certain objects, equipment and equipment, in certain places and wearing certain clothes. The research method used is a qualitative research method that can be interpreted as a type of research which is referred to as a new method because of its recent popularity. Also called postpositivisic methods because they are based on the philosophy of postpositivism. This method is also called an artistic method, because the research process is more artistic (less patterned) and is called an interpretive method because the research data is more concerned with interpretation of the data found in the field. Data collection techniques used are interviews, Interviews are meetings of two people to exchange information and ideas through question and answer so that the meaning can be concentrated in a particular topic. So the interview conducted by the author in this study was in-depth interviews about the value of the ritual contained in Reog Ponorogo Perut District, Sei Tuan, Deli Serdang Regency with Mr. Suparno as the owner of Reog Ponorogo in Percut Sei Tuan Subdistrict, Deli Serdang Regency. The results showed that the ritual value in the process of Reog ponorogo staging is a process of refusing reinforcements for dancers and musicians to avoid interference and obstacles when the performance takes place, as a sense of recognition (ngajeni) of the existence of spirits who are believed to be barongan keepers, as a means to bring blessings and salvation for the surrounding community who hold performances and homeowners who are carrying out the event. Want to maintain and preserve the customs that have been carried out by their ancestors as a form of repertoire of national cultural wealth and respect the beliefs of people who are still convinced of magical things (ritual process)

 

Keywords: Reog Ponorogo, Ritual Value, Offering.

ABSTRAK

Tujuan penelitian penulis adalah untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam proses ritual Reog Ponorogo serta untuk mengetahui alasan mengapa upacara ritual masih dilakukan hari ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang nilai dan ritual. Nilai adalah perintah yang digunakan sebagai panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih keputusan alternatif dalam situasi sosial tertentu. Sedangkan ritual adalah serangkaian kata, tindakan pengikut agama atau ritual dengan benda, peralatan dan peralatan tertentu, di tempat-tempat tertentu dan mengenakan pakaian tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang dapat diartikan sebagai jenis penelitian yang disebut sebagai metode baru karena popularitasnya saat ini. Disebut juga metode postpositifisik karena didasarkan pada filosofi postpositifisme. Metode ini juga disebut metode artistik, karena proses penelitian lebih artistik (kurang berpola) dan disebut metode interpretatif karena data penelitian lebih mementingkan interpretasi data yang ditemukan di lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga maknanya bisa terkonsentrasi dalam topik tertentu. Kemudian wawancara mendalam tentang nilai ritual yang terkandung dalam Reog Ponorogo di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang dilakukan dengan Bapak Suparno sebagai pemilik Reog Ponorogo di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ritual dalam proses pementasan Reog Ponorogo adalah sebagai proses menolak bala bantuan bagi penari dan musisi untuk menghindari gangguan dan hambatan ketika pertunjukan berlangsung, sebagai rasa pengakuan (ngajeni) dari keberadaan arwah yang sedang diyakini sebagai penjaga barongan, sebagai sarana untuk membawa berkah dan keselamatan bagi masyarakat sekitar yang mengadakan pertunjukan dan pemilik rumah yang sedang melaksanakan acara tersebut. Ingin mempertahankan dan melestarikan adat istiadat yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka sebagai bentuk repertoar kekayaan budaya nasional dan menghormati kepercayaan orang-orang yang masih yakin akan hal-hal magis (proses ritual)

Kata Kunci : Reog Ponorogo, Nilai Ritual, Sesaji.

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.24114/senitari.v8i2.14964

Article Metrics

Abstract view : 673 times
PDF - 1753 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Suci - Utari, Inggit - Prastiawan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.