Ketelanjangan: antara Seni dan Pornografi
Abstract
Kebebasan berekspresi seniman dan norma-norma yang berlaku, maka dampak negatif konten pornografi dapat dibatasi dengan mengkhususkan lokasi pertunjukan dan pameran seni rupa yang terkesan tidak senonoh, serta dengan menyaring pengunjung karena tidak semua orang dapat mengartikan ketelanjangan sebagai ekspresi estetika atau keindahan. Karya seni dapat diartikan pornografi jika ditampilkan di tempat yang dapat diakses oleh semua orang. Dengan kata lain, menentukan apakah suatu karya seni bersifat pornografi atau artistik sangatlah subjektif. Mengingat seni adalah kreativitas, maka akan terlalu sederhana jika “ketelanjangan” sebagai ekspresi artistik digambarkan oleh seniman secara vulgar atau verbal. Tempat di mana pencipta (seniman) dapat mencerminkan bentuk-bentuk ketelanjangan lainnya, seperti metafora melalui kreativitas. Namun, ketelanjangan artistik tidak bisa begitu saja diekspos atas nama seni. Namun, segala sesuatu selalu memiliki batasan aturan, dan kreativitas Seniman dapat merefleksikan ketelanjangan dengan cara yang berbeda, namun tetap menyampaikan makna yang sama dalam karya seninya. Banyak seniman yang berlindung pada seni untuk melakukan aksi pornografi atas nama kebebasan berekspresi. Subyek ketelanjangan merupakan salah satu topik menarik yang bisa dijadikan sasaran dan dieksploitasi atas nama seni.
Full Text:
PDFReferences
Armando, Ade. (2003) Mengupas Batas Pornografi. Jakarta: Meneg Pemberdayaan Perempuan.
Bungin, Burhan. (2003) Pornomedia: Kontruksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa, Jakarta: Kencana.
Hauskeller, Michael (2015) Seni-Apa itu?. Yogyakarta: Kanisius.
Jazuli, M. (2014) Sosiologi Seni; Pengantar dan Model Studi Seni Edisi 2, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kwant, R., C. (1975) Manusia dan Kritik, Yogyakarta: Kanisius.
Marianto, M., Dwi. (2017) Art & Life Force in a Quantum Perspective, Yogyakarta: Scritto Books Publisher.
Rifandi, I., & Natalia, C. H. (2021, November). Ndikkar in the Performing Art Dimensions. In Proceedings of the Tenth International Conference on Languages and Arts (ICLA 2021) (pp. 219-223). Atlantis Press.
Sachari, Agus. (2002) Estetika, Bandung: ITB.
Soedarso, SP. (1990) Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern, Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Suryajaya, Martin (2016) Sejarah Estetika, Yogyakarta: Indie Book Corner.
DOI: https://doi.org/10.24114/gsts.v3i2.56211
Article Metrics
Abstract view : 55 timesPDF - 37 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Andri Kiawan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Follow us on instagram @gestusjournal
Gestus Journal : Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni