Cover Image

DESAIN DAN MAKNA BUSANA PENGHULU DI NAGARI TARAM KECAMATAN HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Yulianda Fitri, Weni Nelmira

Abstract


Abstract

The clothes of the Minangkabau traditional rulers are traditional clothes that have been passed down from generation to generation. This research aims to describe the penghulu clothing in Nagari Taram, Harau District, Lima Puluh Kota Regency, which includes the design of the penghulu clothing in terms of the occasion of use and the meaning contained in the penghulu clothing. The method used in this research is a qualitative descriptive method. The types of data are primary and secondary data, data collection techniques through observation, interviews and documentation. The instrument in this study was the researcher himself. Data analysis techniques performed in data collection are data reduction models, data presentation, and conclusion drawing. The results of this research are that the headman's clothing in Nagari Taram seen from the occasion of use, there are three aleks (parties) where the headman wears different clothes for each alek. Clothing at the Alek Balambang Urek (Big Party) consists of black roomy clothes with loose designs wearing sibar and kikik on the left and right sides, sarawa gadang. The complement of the headman's clothing consists of deta bakaruik, salempang, sisampiang, cawek (belt), keris, stick, tarompa (sandals). The clothing for the Alek Bakabuang Batang (Medium Party) consists of taluak balango shirt, sarawa batiak jao, complementary clothing consists of balilik skullcap and bugis sarong. Clothing for Alek Bapangkeh Pucuak (Small Party) consists of batik clothes, basic trousers, complementary clothing consisting of balilik skullcap. The clothing worn by the headman in Nagari Taram, Harau District, Lima Puluh Kota Regency has a function as a symbol and meaning that reflects the personal behavior of a headman and is a source of pride for the local community.

Keywords: design, meaning, penghulu’s attire

 

Abstrak

Busana penghulu adat Minangkabau merupakan busana adat yang diwariskan turun temurun. Penelitian ini bertujuan guna mendeskripsikan busana penghulu di Nagari Taram Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota yang meliputi desain busana penghulu ditinjau dari kesempatan pemakaian dan makna yang terkandung dalam busana penghulu. Metode yang dipergunakan penelitian ini yakni deskriptif kualitatif. Jenis data berupa data primer serta sekunder, teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara serta dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik analisis data yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu dengan model reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini yaitu busana penghulu di Nagari Taram ditinjau dari kesempatan pemakaian ada tiga alek (pesta) dimana penghulu memakai busana yang berbeda pada setiap aleknya. Busana pada Alek Balambang Urek  (Pesta Besar) terdiri dari, baju hitam lapang dengan desain longgar memakai sibar dan kikik pada sisi kiri dan kanan, sarawa gadang. Pelengkap dari busana penghulu terdiri dari deta bakaruik, salempangsisampiang, cawek (ikat pinggang), keris, tungkek (tongkat), tarompa (sandal). Busana pada Alek Bakabuang Batang (Pesta Menengah) terdiri dari baju taluak balango dengan desain longgar, sarawa batiak jao, pelengkap busana terdiri dari kopiah balilik dan  kain sarung bugis. Busana pada Alek Bapangkeh Pucuak (Pesta Kecil) terdiri dari baju batik, celana dasar, pelengkap busana terdiri dari kopiah balilik. Busana yang dipakai penghulu di Nagari Taram Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki fungsi sebagai lambang dan makna yang mencerminkan tingkah laku pribadi seorang penghulu dan menjadi kebanggaan identitas bagi masyarakat setempat.

Kata Kunci: desain, makna, busana penghulu


Author:

Yulianda Fitri : Universitas Negeri Padang

Weni Nelmira : Universitas Negeri Padang

 

References:

Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. (2023). Bentuk Pakaian Adat di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga Jurnal Seni Rupa, 12(1), 168-173.

Efi, A. (2006). Benda Budaya Alat Kebesaran Minangkabau: Lambang dan Makna. (Disertasi Universitas Negeri Padang).

Ernawati., Izwerni. & Weni, N. ( 2008). Tata busana Jilid I, II, dan III. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Hakimy, I. (2001). Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: PT. Remaja  Rosdakarya.

Hamid, A. (2023). “Busana  Penghulu Di Nagari Taram”. Hasil Wawancara Pribadi: 4 Mei 2023, Taram.

https://doi.org/10.24036/jh.v11i1.619

https://doi.org/10.24114/gr.v12i1.45337

Icuk., Febriandi. (2023). “ Busana Penghulu Di Nagari Taram”. Hasil Wawancara Pribadi: 23 Maret 2023, Taram.

Iriani, Z. (2012). Malam Bakuruang (Berkurung) Dalam Perkawinan Alek Gadang Di Kenagarian Salayo Kecamatankubung Kabupaten Solok. Humanus Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Humaniora, 11(1),12-17.

Marthala, A. E. (2014). Penghulu Dan Filosofi Pakaian Kebesaran Konsep Kepemimpinan Tradisional Minangkabau. Bandung: Humaniora.

Rachmadi., Fandy, F., Rafi, K., Willy, S. & Arif, R. (2023). “Bentuk Dan Makna Busana Penghulu Di Nagari Taram”. Hasil Wawancara Pribadi: 24 April 2023, Taram.

Yuliarma. (2016). The Art of Embroidery Designs. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.


Keywords


design; meaning; penghulu’s attire

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.24114/gr.v13i01.50115

Article Metrics

Abstract view : 36 times
PDF - 29 times

Copyright (c) 2024 Yulianda Fitri, Weni Nelmira

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.



Gorga : Jurnal Seni Rupa
Email: gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id

Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Medan City, North Sumatra Province, Postal Code 20221. Phone/fax: (061) 661 3365 / +6285278021981.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License