PENTINGNYA ASPEK HUKUM PELESTARIAN DANAU LIMBOTO DAN PEMANFAATAN ECENG GONDOK SEBAGAI PRODUK KERAJINAN TANGAN KHAS MASYARAKAT DESA BUHU KABUPATEN GORONTALO

Weny Almoravid Dungga, Ismet Sulila, Yanti Aneta

Abstract


Abstrak


Pelestarian lingkungan danau limboto menjadi kewajiban dan tanggungjawab bersama untuk menjamin keberlanjutan ekosistem, oleh karenanya dibutuhkan partisipasi aktif dari kelompok masyarakat. Untuk mewujudkan maksud tersebut maka Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang pengelolaan danau Limboto. Kebijakan ini tentu membutuhkan dukungan konkrit masyarakat. Salah satu desa yang terletak dipesisir danau Limboto adalah desa Buhu. Desa ini
sering berhadapan dengan masalah banjir pada musim penghujan dan juga masalah serius pendangkalan danau Limboto sebagai akibat dari cepatnya pertumbuhan eceng gondok. Mata pencaharian masyarakat dikampung ini bervariasi, mulai dari nelayan, serabutan dan pengrajin. Untuk  menindaklanjuti masalah pokok dimaksud maka bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah : 1) sosialisasi hukum perlindungan lingkungan danau Limboto, 2) bimbingan teknis manajemen bagi kelompok pengrajin eceng gondok. Adapun metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dimaksud adalah diskusi komprehensif dan mendasar, teori dan pendampingan praktek manajemen kerajinan tangan anyaman eceng gondok
oleh tim ahli/pakar bersama mahasiswa dan kelompok sasaran. Hasil kegiatan yang dicapai adalah: 1) adanya kesadaran masyarakat setempat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan danau Limboto, 2) meningkatnya kapasitas manajemen kelompok pengrajin anyaman eceng gondok. 

Kata kunci: Pelestarian lingkungan, pemberdayaan dan standarisasi produk

 

Abstract


Stakeholders, such as people or group of community, are responsible for environmental conservation of Limboto lake; this is also to ensure a sustainable ecosystem. The government of Gorontalo Province
has constituted the Regional Regulation No. 1 of 2008 considering the management of Limboto lake to achieve such a target. This policy requires support from the community. Buhu village is among the villages based in the coastal lakes of Limboto lake. The village always suffers from flood strikes the village during rainy season. On top of that, the issue of silting is also one of the major concern in Limboto lake due to the growth of common water hyacinth (Eceng Gondok). The villagers have different occupations, e.g., fishermen and artisans. In responding to the previous concerns, the implementation of the program consists of steps, such as 1) improving people’s understanding regarding the protection of the environment surrounding Limboto lake through seminars, and 2) conducting workshops for water hyacinth artisans. Comprehensive and fundamental discussion was used as the method to address the issues. Furthermore, experts along with university students conducted workshops on management practice for the artisans. The results are 1) the rise in people’s awareness about the importance of the preservation of Limboto lake, and 2) reinforcing the management capacity of the water hyacinth artisans.


Keywords: Environmental Preservation, Empowerment and Product Standardization


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.24114/jpkm.v24i2.10101

Article Metrics

Abstract view : 830 times
PDF - 1147 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

p-ISSN: 0852-2715 | e-ISSN: 2502-7220


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Jl. Willem Iskandar Pasar. V Medan Estate.