KAJIAN ESTETIKA TIMUR PADA RUMAH ADAT SOPO GODANG MANDAILING

Anni Kholilah, Niko Andeska, Muhammad Ghifari

Abstract


Abstrak

Sopo Godang merupakan balai sidang adat di daerah Mandailing Natal. Bangunannya menggunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil termasuk anak tangganya. Sopo Godang adalah sebuah bangunan yang terbentuk empat persegi panjang, terbuka dan tidak memiliki dinding. Ukurannya juga lebih kecil dari bagas godang. Sopo Godang dianggap sebagai tempat yang sacral karena adat dan hukum adat dijiwai oleh sopo godang. Dari gedung inilah turun keputusan-keputusan yang mengatur tata tertib seperti patik, uhum, ugari, dan hapantunon. Sopo Godang ini disebut juga sopo siorancang magodang karena gedung ini adalah tempat orang memperoleh perlindungan yang aman. Sopo Godang sengaja dibuat tidak berdinding agar rakyat secara langsung dapat melihat dan mendengar segala hal yang dibicarakan oleh raja dan namora natoras sebagai pemimpin mereka. Tidak ada yang tertutup tapi semua berlangsung secara transparan. Sopo godang ini sangatlah unik, sirih bersusun yang di sodorkan, merupakan tutur kata dan sopan santun yang tidak ternilai harganya. Dengan sirih orang akan mudah memberi sesuatu, mudah memaafkan, mudah berbuat, mudah menolong dan sebagainya. Perlengkapan sirih yang terdiri dari sirih, gambir, kapur sirih, pinang, dan tembakau mempunyai arti tersendiri di dalam upacara. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendapatkan suatu gambaran yang menyeluruh dan mendalam mengenai pokok bahasan. Dalam hal ini, menampilkan analisis terhadap Estetika yang terdapat pada Rumah Adat Sopo Godang Mandailing khususnya dilihat dari estetika timur.

Kata Kunci: estetika timur, rumah sopo godang.

Abstract

Sopo Godang is a custom court for people around there, in Bahasa we called it “Balai Sidang”. Sopo Godang is located in Mandailing Natal. The architecture is built from big poles in odd quantity, also its stairs. Sopo Gadang is a rectangle building, one of open space building with no walls around it. The size is smaller than bagas godang. Sopo godang considered to be a holy place because of custom and customary law which imbued by Sopo godang. In this building, the decision which set the order of patik, uhum, ugari, dan hapantunon. Sopo Godang is also called sopo siorancang magodang because this building is a place where people look for safety place. Sopo Godang is deliberately built without wall in order to give the opportunity for society seiing and hearing directly every words of their king and namora natoras as their leader. Thus, there were transparancy between them. Sopo godang is very unique, such as sirih bersusun, it is simbolize a good things in speaking and polite manner which is priceless. People believed that sirih brings a good attitude, such as generous, forgiving, being kind, helping each other easily, and the others. The equipment of sirih : sirih, gambir, kapur sirih, pinang, and tobacco have its own meaning in the ceremony. This research used descriptive qualitative approach to obtain a comprehensive and analitical description about this topic. This research used East Aesthetic theory for analizing the findings Malangan.  

Keywords: east aesthetic, rumah sopo godang. 


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.24114/gr.v8i2.14711

Article Metrics

Abstract view : 543 times
PDF - 1330 times

Copyright (c) 2019 Anni Kholilah, Niko Andeska, Muhammad Ghifari

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.



Gorga : Jurnal Seni Rupa
Email: gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id

Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Medan City, North Sumatra Province, Postal Code 20221. Phone/fax: (061) 661 3365 / +6285278021981.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License