MANIFESTASI LAMBI TEI, TENUN IKAT ASAL ROTE NDAO
Abstract
The manifestation of Lambi tei, ikat weaving from Rote Ndao is one of the many cultural products of the people on the island of Rote Ndao, namely a special ikat called Lambi Tei made using young gewang leaf fibers or called hakenak. In the past, when cotton had not been planted in Rote, at the behest of the Dutch through the cultur stelsel, the people of Rote made clothing from the fibers of young gewang leaves. The motifs emerged when cotton was present and then people made yarn. When the nobility made patterned cloth, the commoners only weaved plain cloth and then dyed it black. Rote Island is located at the southern tip of Indonesia and Lambi Tei ikat weaving has a dominant role in almost every activity of the Rote Ndao community, especially its function during traditional wedding rituals, funeral ceremonies, and is one of the benchmarks for women's maturity. Initially, the fibers used were young gewang leaves without motifs which later developed into a unique motif and became the pride of every clan (family). Each clan will have a distinctive motif, and usually the to'o (uncle) of the mother's family becomes the leader for the delivery of cloth. The characteristic color of Rote ikat weaving is black and white. The natural color used is thread soaked in mud in the lake where the animals wallow for months then soaked in pama'a, which is the skin of the nitas fruit, which is burned and then the ashes are soaked. Using qualitative methods, collecting data by interviewing related sources and studying Pustaka. Rote Ndao ikat weaving is very closely related to people's lives. Family motifs are considered valuable because they are hereditary. The Rote Ndao ikat motif is a manifestation of their life.
Keywords: lambi tei, tenun ikat, gewang.
Abstrak
Manifestasi Lambi tei, tenun ikat asal Rote Ndao adalah satu dari banyak produk budaya masyarakat di pulau Rote Ndao adalah tenun ikat khas bernama Lambi Tei dibuat menggunakan serat daun gewang muda atau disebut dengan hakenak. Di masa lalu saat kapas belum ditanam di Rote atas perintah belanda melalui cultur stelsel penduduk Rote membuat busana dari serat daun gewang muda. Motif-motif muncul ketika kapas hadir dan kemudian orang membuat benang. Ketika kaum bangsawan membuat kain yang bermotif, rakyat jelata hanya menenun kain polosan dan kemudian diwarnai hitam. Pulau Rote terletak di ujung selatan Indonesia dan tenun ikat Lambi Tei memiliki peran yang dominan pada hamper setiap aktivitas masyarakat Rote Ndao, terutama fungsinya ketika acara ritual adat pernikahan, upacara kematian, dan menjadi salah satu tolok ukur kedewasaan perempuan. Awal mula yang digunakan adalah serat daun gewang muda tanpa motif kemudian berkembang menjadi motif yang unik dan menjadi kebanggaan setiap marga (family). Setiap marga akan memiliki motif khas, dan biasanya to’o (paman) dari keluarga ibu menjadi pimpinan untuk penyerahan kain. Ciri khas warna tenun ikat Rote adalah warna hitam dan putih. Warna alami yang digunakan adalah benang yang direndam dalam lumpur di danau tempat berkubangnya hewan-hewan selama berbulan-bulan kemudian direndam dalam pama’a yaitu kulit buah nitas dibakar kemudian abu tersebut direndam. Menggunakan kualitatif, melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara sumber terkait dan studi Pustaka.Tenun ikat Rote Ndao sangat lekat dengan kehidupan masyarakatnya. Motif keluarga dianggap sebagai sesuatu yang berharga karena bersifat turun temurun. Motif tenun ikat Rote Ndao merupakan manifestasi kehidupan mereka.
Kata Kunci: lambi tei, tenun ikat, gewang.
Authors:
Retno Walfiyah: Institut Teknologi Bandung
Ira Adriati: Institut Teknologi Bandung
References:
Amalo, Gentry, “Kain Raja-Raja Termanu”. Hasil Wawancara Pribadi: 2 Mei 2021, Bandung.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Haning, Paula. (2016). Fungsi Kain Tenun Ikat NTT, Asal-usul Bunga Sarung dan Selimut Orang Rote Ndao. http://paulahaning.blogspot.com/2016/02/fungsi-kain-tenun-ikat-ntt.html. (diakses tanggal 22 Mei 2021).
James, J. Fox. (1960). Master Poets, Ritual Master The Art of Oral Composition Among the Rotenese of Eastern Indonesia. Australia: Australia Nation University.
Lenggu, Margareth. (2020). Perempuan di Balik Tinta. Jakarta: Loka Media.
Wilson, Markus Andreas T. (2014). Relasi Negara dan Masyarakat Rote. Salatiga: Satya Wacana University Press.
Melalatoa, Junus. (1995). M. Ensiklopedia Suku Bangsa D Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI.
Blanc, W. S., & Sukardja, P. (2016). Tenun Ikat Masyarakat Kampung Ndao di Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur. Humanis, 270-278.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.32859
Article Metrics
Abstract view : 338 timesPDF - 1780 times
Copyright (c) 2022 Retno Walfiyah, Ira Adriati
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Gorga : Jurnal Seni Rupa
Email: gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Medan City, North Sumatra Province, Postal Code 20221. Phone/fax: (061) 661 3365 / +6285278021981.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License