ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SUNTIANG DALAM PAKAIAN ADAT MINANGKABAU
Abstract
Abstrak
Suntiang merupakan salah satu elemen terpenting dalam kelengkapan pakaian adat perkawinan. Tujuan penelitaian ini adalah untuk mengetahui fungsi dan makna Suntiang dalam pakaian adat Minangkabau. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan studi literature. Hasil penelitian ini adalah Suntiang adalah perhiasan kepala bertingkat berwarna keemasan yang dipakai oleh perempuan Minangkabau. Hiasan ini berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari susunan ornamen bermotif flora dan fauna, di antaranya diambil dari bentuk bunga mawar, pisang, burung merak, kupu-kupu, dan ikan. Ukuran suntiang berbeda menurut pemakaiannya. Berat suntiang berkisar antara 3,5 sampai 5 kg. Namun, belakangan suntiang dibuat dengan ukuran lebih kecil dan bahan yang lebih ringan untuk memudahkan proses pembuatan dan pemakaian.Suntiang yang berat tersebut melambangkan beratnya tanggung jawab yang akan diemban oleh seorang wanita (Ibu/bundo) minang setelah menikah nanti. Walaupun berat saat dikenakan tetapi si pemakai suntiang Anak Daro (Mempelai wanita) tetap terlihat anggun, sopan dan feminim. Memakai suntiang ini juga jadi kebanggaan tersendiri bagi setiap wanita Minangkabau saat melangsungkan pernikahan. Bentuk sutiang kipas dengan warna emas terang dan perak. Suntiang yang asli biasanya terbuat dari bahan emas, perak dan tembaga tetapi untuk saat ini sudah banyak di modifikasi seperti menggunakan bahan aluminium yang di sepuh. Modifikasi ini dilakukan karena suntiang yang terbuat dari logam, (emas, perak, dan tembaga serta aluminium) sangatlah berat bila dikenakan dalam waktu yang lama. Baca juga Makna dan Arti Filosofi Pakaian Penghulu atau Datuk di Minangkabau.
Kata Kunci: suntiang, pakaian adat, minangkabau.
Abstract
Suntiang is one of the most important elements in the completeness of traditional wedding attire. The purpose of this research is to find out the function and meaning of Suntiang in Minangkabau traditional clothes. This research uses qualitative research. Data collection techniques using observation and literature study. The results of this study are Suntiang is a gold-colored multilevel headdress worn by Minangkabau women. This decoration is in the form of a half circle which consists of a floral and fauna patterned ornament, which is taken from the form of roses, bananas, peacocks, butterflies, and fish. The weight of suntiang ranges from 3.5 to 5 kg. However, lately suntiang is made with smaller sizes and lighter materials to facilitate the process of making and using. The heavy weight symbolizes the weight of responsibility that will be carried out by a woman (mother / bundo) Minang after marriage later. Although heavy when worn, but the user suntiang Anak Daro (Bride) still looks elegant, polite and feminine. Wearing this suntiang is also a matter of pride for every Minangkabau woman when she gets married. A fan shape with bright gold and silver colors. The original Suntiang is usually made of gold, silver and copper, but for now it has been modified a lot, such as using aluminum which is coated. This modification is done because suntiang made of metal, (gold, silver, and copper and aluminum) is very heavy when worn for a long time. Also read the Meaning and Meaning of the Penghulu or Datuk Clothing Philosophy in Minangkabau.
Keywords: suntiang, traditional clothes, minangkabau.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.24114/gr.v8i2.14712
Article Metrics
Abstract view : 3353 timesPDF - 6648 times
Copyright (c) 2019 Wira Gusti Mustika, Budiwirman Budiwirman
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Gorga : Jurnal Seni Rupa
Email: gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Medan City, North Sumatra Province, Postal Code 20221. Phone/fax: (061) 661 3365 / +6285278021981.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License