Cover Image

TEKNIK MENYULAM SULAMAN BENANG EMAS DENGAN TITIK SAMEK DI KELURAHAN BATUANG TABA KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

Nindika Gustri Yudi, Sri Zulfia Novrita

Abstract


The titik samek is an embroidery technique which is usually combined with gold thread embroidery in Batuang Taba village. The titik samek is different from frenchknot or suji caia, and the process must use two needles, so it is considered difficult. The titik samek is a regional cultural asset that must be preserved. The purpose of the study is to describe the gold thread embroidery sewing technique in Batuang Taba village. This research method uses descriptive qualitative method. The type of data used is primary data and secondary data. Data collection techniques are observation, interviews and documentation. The data analysis technique carried out is an interactive model that has a relationship based on the subject matter, through data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results of the study were the gold thread embroidery sewing technique using two sewing needles. For the technique, embroider the gold thread first by copying the motif on the fabric, locking the binding thread, inserting the binding thread, pulling slowly while tucking the gold thread. Pull the thread until the gold thread is tied. , repeat a maximum distance of 0.5cm. For the next technique, fill it with titik samek embroidery by inserting one sheet of moulin thread and gusset, stab from under the fabric on the part of the motif that will be filled with the titik samek, wrap one time around the sewing needle, stab again in the same hole, tuck in the loop. the large needle that will be used to hold the loop, so that it forms like a circle, pull the thread slowly so it can't be separated from the large needle. Embroidering gold thread is done by making the edges of the motif first using gold thread and then filling the interior of the motif with moulin thread with the titik samek technique.

Keywords: gold thread embroidery, titik samek.


Abstrak

Titik samek merupakan teknik menyulam yang biasanya di kombinasikan dengan sulaman benang emas di Kelurahan Batuang Taba. Titik samek berbeda dengan kepala peniti atau suji caia, dan pengerjaannya harus menggunakan dua jarum, sehingga dinilai sulit. Titik samek merupakan aset budaya daerah yang harus dilestarikan. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan tentang teknik jahit sulaman benang emas di Kelurahan Batuang Taba. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara serta dokumentasi. Teknik analisa data yang dilaksanakan yaitu model interaktif yang memiliki kaitan berdasarkan pokok permasalahan, melalui reduksi data, penyajian data serta pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian yaitu teknik jahit sulaman benang emas menggunakan dua jarum jahit, Untuk teknik, lakukan meyulam benang emas terlebih dahulu dengan cara menyalin motif pada kain, kunci benang pengikat, tusukkan benang pengikat, tarik perlahan sambil menyelipkan benang emas.Tarik benang hingga benang emas terikat, ulangi jarak maksimal 0,5cm. Untuk teknik selanjutnya isi dengan sulaman titik samek dengan memasukkan satu lembar benang moulin dan buhul, tusuk dari bawah kain pada bagian motif yang akan di isi titik samek, lilitkan satu kali lilit pada bagian jarum jahit, tusukkan lagi pada lobang yang sama, pada lilitan selipkan jarum besar yang akan di gunakan untuk menahan lilitan, agar terbentuk seperti lingkaran, tarik benang perlahan tidak boleh lepas dari jarum besar. Menyulam benang emas dilakukan dengan mambuat bagian tepi motif terlebih dahulu menggunakan benang emas selanjutnya mengisi bagian dalam motif dengan benang moulin dengan teknik titik samek.

Kata Kunci: sulaman benang emas, titik samek.

 

Authors:

Nindika Gustri Yudi : Universitas Negeri Padang

Sri Zulfia Novita : Universitas Negeri Padang

 

References:

Hervilas, Adriani., & Nelmira, W. (2016). Bordir Kerancang di Kota Bukittinggi (Studi Kasus di Usaha Sulaman Ambun Suri). Journal of Home Economics and Tourism13(3).

Maydayusi, D., Yasnidawati, & Andriani. (2015). Studi Tentang Pelaminan Dikecamatan Kota Baru Kota Jambi. E-Journal Home Economic and Tourism8(1).

Rahman, D., Novrita, S. Z., & Efi, A. (2015). Ragam Hias Suji Cair pada Sulaman Selendang Kotogadang Kabupaten Agam Sumatera Barat (Studi Kasus di Yayasan Amai Setia). E-Journal Home Economic and Tourism9(2).

Sativa, Aswar. (1999). Antakesuma Suji dalarn Adat Minangkabau. Jakarta: Djambatan.

Sugiyono. (2011) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tamimi, Enna. (1982). Terampil Memantas Diri dan Menjahit. Jakarta: Depdikbut.

Utari, A. G., Zahri, W., & Idrus, Y. (2014). Studi Tentang Kerajinan Sulaman Benang Emas di Nagari Saniangbaka Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok. Journal of Home Economics and Tourism7(3).

Wahyuni, S., Idrus, Y., & Novrita, S. Z. (2015). Studi Tentang Sulaman Tangan pada Pelaminan Tradisional Naras di Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman. Journal of Home Economics and Tourism8(1).

Yossi, Zullkarnaen. (2006). Sulam Benang untuk Pemula. Jakarta: Puspa Swara.




DOI: https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.32305

Article Metrics

Abstract view : 741 times


Copyright (c) 2022 Nindika Gustri Yudi, Sri Zulfia Novrita

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.



Gorga : Jurnal Seni Rupa
Email: gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id

Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Medan City, North Sumatra Province, Postal Code 20221. Phone/fax: (061) 661 3365 / +6285278021981.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License