Cover Image

TRADISI PEUSIJUEK PADA BUSANA SEMI FORMAL WANITA DENGAN TEKNIK BATIK TULIS

Sapna Maulinda, Rahmawati Rahmawati, Sartika Br Sembiring

Abstract


Abstrak

Tradisi Peusijuek adalah upacara menepung tawari orang atau benda yang berperan dalam kehidupan sehari- hari, bermakna sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan kebahagiaan yang telah diberikan. Tradisi Peusijuek biasa dilakukan pada acara-acara tertentu yang dianggap sacral oleh masyarakat Aceh, dengan alat bahan, gerakan serta do’a khusus yang digunakan. Metode penciptaaan yang digunakan dalam penggarapan karya yaitu melalui beberapa tahapan menurut Kartika, tahap pertama eksperimen yaitu tahap percobaan alat dan bahan untuk menciptakan suatu hal baru. Tahap kedua perenungan yaitu ungkapan ide seniman yang dituangkan pada media (bahan) yang digunakan untuk penggarapan karya. Tahap ketiga pembentukan yaitu proses pembentukan karya secara mendetail. Konsep yang digunakan adalah konsep Reinterpretasi dengan memanfaatkan tema cerita dari tradisi yang telah ada sebagai sumber ide/ gagasan pengkarya dalam menciptakan karya seni yang mengacu pada teknik seni modern. Karya yang pengkarya garap berupa busana semi formal wanita dengan menstilisaikan proses dari tradisi Peusijuek. Penggarapan karya menggunakan landasan teori bentuk dan teori fungsi. Dalam penggarapan karya ini pengkarya menggunakan teknik batik tulis, diterapkan pada motif yang terdapat di setiap busana.

Kata Kunci: Tradisi Peusijuek, Busana Semi Formal Wanita, Batik Tulis.

 

The Peusijuek tradition is a ceremony of sprinkling flour as an offering to people or objects that play a role in daily life, symbolizing gratitude to Allah SWT for all the blessing and happiness bestowed. The Peusijuek tradition is typically performed during specific sacred events in Acehnese society, employing specific tools, materials, movements and prayers.The creative method utilized in crafting this work is the involving several stages of theory Kartika. The first stage is experimentation, experimenting with tools and materials to create something new. The second stage is contemplation, whre the artist’s ideas are expressed and embodied in the chosen medium or material for the artwork. The third stage is formation, the detailed process of shaping the artwork. The underlying concept is reinterpretation, utilizing the theme of the Peusijuek tradition as a source of ideas for creating modern art.The resulting work is a semi-formal women’s attire that stylizes the process of the Peusijuek tradition. The artist employs the theoretical foundarions of from an function. In creating this artwork, the artist utilizes the technique of Hand-Drawn Batik.

 

Keywords: Peusijuek Tradition, Semi-Formal Attire, Hand-Drawn Batik.


Full Text:

PDF

References


Kartika, Dharsono Sony. 2016. Kreasi Artistik. Surakarta: Citra Sains.

. 2017. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Hermaliza, Essi. 2011. Peumulia Jamee. Banda Aceh: BPSNT Banda Aceh.

An- Nabawi, Muhammad Munir. 2021. “Sejarah Peusijuek dalam Integritas Islam”. Fakultas Ushluhuddin Adab dan Dakwah. IAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, Volume 1, No. 1.

Banta, Syarifuddin. 2014. “Upacara Peusijuek Fungsi dan Penggunaanya”. Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten Aceh Besar.

Akhirman, Alif Nururrohmah. 2022. “Keindahan Biota Laut Yang Diwujudkan dalam Karya Busana Casual Dengan Teknik Batik Tulis dan Batik Ikat Celup”. Fakultas Seni Rupa dan Desain. Institut Seni Indonesia Surakarta. Laporan Karya Tugas Akhir.

Fitri, Handriyani. 2022. “Stilisasi Kopi Gayo Sebagai Motif Batik Tulis pada Pakaian Mode Kasual”. Program Pascasarjana. Program Studi Kriya Seni. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Laporan Karya Tugas Akhir.


Article Metrics

Abstract view : 8 times
PDF - 4 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.